“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya!”
(al-Ahzab: 56)
Penjelasan Makna Shalawat
Yang rajih (kuat) di antara definisi
shalawat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kepada hamba-Nya adalah apa yang disebutkan
oleh al-Imam al-Bukhari Rahimahullah dalam Shahih-nya secara mu’allaq
dari Abul ‘Aliyah Rufai’ bin Mihran. Beliau berkata,
صَلَاةُ اللهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ
عِنْدَ الْمَلَائِكَةِ، وَصَلَاةُ الْمَلَائِكَةِ الدُّعَاءُ
“Shalawat Allah kepada hamba-Nya
adalah pujian-Nya kepada hamba di sisi para malaikat, sedangkan shalawat para
malaikat adalah doanya.”
(al-Hafizh Rahimahullah berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.”
Lihat Fathul Bari, “Kitabut Tafsir”, 8/392)
Di antara dalil yang menunjukkan
bahwa shalawat para malaikat bermakna doa adalah hadits dari Abu Hurairah
Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallambersabda:
لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي
عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ،
اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ
“Para malaikat senantiasa
bershalawat kepada hamba-Nya selama berada di tempat shalatnya. (Mereka
mengatakan), ‘Ya Allah, berikan shalawat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dia. Ya
Allah, rahmatilah dia’.”
(Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim dari hadits yang panjang)
Ibnu ‘Abbas Radhiyallaahu ‘anhu
berkata, “Mereka bershalawat yaitu mendoakan berkah.” (Diriwayatkan
secara ta’liq dan disebutkan sanadnya oleh ath-Thabari Rahimahullah, lihat
al-Fath, 8/393)
Hadits-Hadits
Anjuran Bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam
1. Dari Abu
Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam:
لاَ تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيْدًا وَلاَ
تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُم
تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
“Jangan kalian menjadikan kuburan
sebagai (tempat) berhari raya dan jangan kalian jadikan rumah kalian sebagai
kuburan. Dan bershalawatlah kepadaku di mana pun kalian berada karena
sesungguhnya shalawat kalian (itu) sampai kepadaku.” (HR. Abu Dawud no. 2042
dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani Rahimahullah)
2. Dari Abu
Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً
وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barang siapa yang mengucapkan
shalawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan shalawat kepadanya 10
kali.” (Sahih, HR. Muslim no. 408)
3. Dari Anas bin
Malik Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً
وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ
خَطَيَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barang siapa yang bershalawat
kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya 10 shalawat, dihapuskan
darinya 10 kesalahan, dan diangkat untuknya 10 derajat.” (HR. an-Nasa’i, 3/50
dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Waktu
yang Dianjurkan untuk Bershalawat
1. Ketika nama beliau disebut
Berdasarkan hadits al-Husain bin
‘Ali Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallambersabda:
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ
فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang yang kikir adalah orang yang
aku disebut di dekatnya, lalu dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR.
at-Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lain, disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani t dalam
Irwa’ul Ghalil, 1/5)
Juga dari hadits Abu Hurairah
Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallambersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ
عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kehinaan bagi seseorang yang aku
disebut di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi,
al-Hakim dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani t dalam al-Irwa’,1/6)
2. Pada hari Jum’at
Berdasarkan hadits Aus bin Aus
Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallambersabda:
أَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ. قَالُوا: كَيْفَ
تُعْرَضُ عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ قَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ
أَنْ تَأكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada
hari Jum’at, kerena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku.” Mereka
bertanya, “Bagaimana bisa disampaikan (kepadamu sedang jasadmu telah hancur)?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad
para nabi.” (HR. Abu Ishaq al-Harbi dalam Gharibul Hadits dan disahihkan oleh
asy-Syaikh al-Albani t dalam al-Irwa’, 1/4 dan mempunyai syawahid [pendukung]
yang lain)
3. Ketika masuk masjid
Berdasarkan hadits Fathimah
Radhiyallaahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam bila masuk masjid bershalawat untuk diri beliau sendiri dan berkata,
رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَافْتَحْ
لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Wahai Rabb-ku, ampunilah
dosa-dosaku dan bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu!” (HR. at-Tirmidzi,
2/314, dan disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani t)
4. Saat berdoa
Berdasarkan hadits Anas bin Malik
Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوبٌ حَتَّى
يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ n
“Setiap doa terhijab (tertutup)
hingga bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.” (HR. ad-Dailami
dan dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani t)
5. Di waktu pagi dan petang
Berdasarkan hadits Abu Ad-Darda
Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ
عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang bershalawat
kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan
mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. ath-Thabrani dan dihasankan oleh
asy-Syaikh al-Albani t dalam ash-Shahihul Jami’)
Al-Munawi Rahimahullah berkata,
“Dalam hadits ini terdapat dalil keutamaan shalawat dan salam kepada Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Hal tersebut termasuk amalan yang paling afdhal
serta zikir yang paling agung dan mengikuti (perintah) Al-Jabbar (Allah l)
dalam firman-Nya: ‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada
Nabi’, kalau sekiranya tidak ada ganjaran lain bagi yang bershalawat kecuali
mengharapkan syafaatnya, maka itu sudah cukup.” (Faidhul Qadir, hlm. 170—171)
6. Ketika tasyahhud dalam shalat
Berdasarkan hadits Fudhalah bin
‘Ubaid Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya lalu tidak
bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau bersabda,
“Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggil dan berkata kepadanya:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ
بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّناءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيَصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ
لْيَدْعُ بِمَا شَاءَ
“Jika salah seorang kalian shalat,
maka hendaklah dia memulai dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian
bershalawatlah atas Nabi, lalu berdoa dengan apa yang dia kehendaki.” (HR.
at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan disahihkan oleh asy-Syaikh Muqbil t
dalam al-Jami’ ash-Shahih, 2/124)
7. Sesudah adzan
Berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amr
bin al-’AshRadhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wasallambersabda:
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ
فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهِ لِي
الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إِلاَّ لِعَبْدٍ
مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengar muadzin, maka
ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan lalu bershalawatlah kalian kepadaku.
Karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah
akan bershalawat kepadanya 10 kali. Lalu mintalah wasilah untukku karena
(wasilah) itu adalah satu kedudukan (yang tertinggi, red.) dalam jannah (surga)
yang tidak sepantasnya (dimiliki) kecuali bagi seorang hamba di antara
hamba-hamba Allah l. Dan aku berharap (hamba) itu adalah aku. Maka siapa yang
memintakan wasilah tersebut untukku, maka halal baginya syafaat.” (Sahih, HR.
Muslim)
Cara
Bershalawat
Ada beberapa riwayat sahih yang
datang dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang tata cara
bershalawat kepada beliau (lihat kitab Shifat Shalat an-Nabi karya asy-Syaikh
al-Albani, hlm. 164—167).
Di antaranya adalah yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3370) dan Muslim (no. 406) dari Ka’b bin
Ujrah Radhiyallaahu ‘anhu. Ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam keluar menuju kami lalu kami pun berkata, ‘Kami telah mengetahui cara
mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?’
Beliau menjawab, “Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ
بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ
مَجِيدٌ
Diriwayatkan juga oleh Muslim (no.
405) dari hadits Abu Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu. Ia berkata, “Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami dan kami bersama Sa’d bin
‘Ubadah. Lalu Basyir bin Sa’d berkata kepada beliau, ‘Allah Subhaanahu Wa
Ta’ala memerintahkan kami bershalawat kepadamu, wahai Rasulullah. Lalu
bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?’ Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam pun diam sehingga kami berangan-angan seandainya dia
tidak menanyakannya. Lalu beliau bersabda, ‘Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ
مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ
مَجِيدٌ
Faedah
An-Nawawi Rahimahullah berkata,
“Apabila bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, hendaklah
menggabungkan antara shalawat dan salam, serta tidak mencukupkan salah satunya.
Maka janganlah ia mengatakan, ‘shallallahu ‘alaihi’ saja, dan tidak pula (hanya
mengatakan) ‘alaihis salam’ saja.” (lihat al-Adzkar hlm. 98, an-Nawawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar